

Provinsi Aceh kembali mengenang tragedi tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Sirene menghormati para korban dan berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan bencana.
Pj Gubernur Aceh Safrizal mengimbau masyarakat tidak panik saat sirene berbunyi.
Ia malah mengajak masyarakat meluangkan waktu sejenak untuk berdoa dan mengenang para korban meninggal 20 tahun lalu.
Pada Rabu (25/12) Safrizal mengatakan: “Sirene berbunyi selama tiga menit dan mari kita berdoa bersama untuk mengenang saudara-saudara yang menjadi korban tsunami Aceh 20 tahun lalu.”
Sirene tsunami dibunyikan setiap tanggal 26 Desember sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana.
Melalui peringatan ini, diharapkan masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana.
“Tsunami Warning System (EWS) atau Sirene Tsunami Aceh berperan penting dalam memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Peringatan tiga menit tersebut memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri ke tempat yang aman,” jelasnya.
Peringatan 20 tahun bencana tsunami Aceh tidak hanya menjadi momen berkabung, namun juga momen refleksi dan evaluasi. Melalui peringatan ini, diharapkan masyarakat Aceh terus belajar dari pengalaman masa lalu dan meningkatkan upaya pengurangan bencana.
Savrizal menutup pidatonya, “Saya berharap Aceh selalu dalam lindungan Allah SWT, dan masyarakat Aceh diberi kekuatan untuk terus bangkit dan maju.”