

Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak kembali marak terjadi di banyak wilayah di Jawa Tengah. Kurangnya vaksin membuat situasi semakin mengkhawatirkan. Penyemprotan disinfektan dan karantina merupakan pilihan sementara yang diterapkan.
Para petani di banyak daerah di Jawa Tengah mulai khawatir dengan penyebaran penyakit mulut dan kuku. Pasalnya, banyak ternak mereka yang mulai tertular dan mereka hanya bisa memberikan obat tradisional dan mengkarantina hewan yang terpapar.
“Kami belum memiliki vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku pada ternak, dan jumlah ternak yang terjangkit penyakit ini semakin meningkat,” kata Syam Manohara, Kepala Dinas Peternakan Badan Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang.
Lanjutnya, berdasarkan data hingga awal Januari 2025, jumlah ternak yang terkena penyakit mulut dan mulut di Batang sebanyak 161 ekor. Jumlah hewan ternak yang terpapar cukup pesat, bahkan hingga akhir tahun, terdapat 25 ekor sapi, 14 ekor kambing, dan 4 ekor domba yang tertular penyakit mulut dan kuku.
Shamu mengatakan, untuk mengobati dan mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku, Pemerintah Kabupaten Batang meningkatkan penyemprotan disinfektan di kandang, pemeriksaan ternak, dan karantina kontak.
“Penyebab masuknya penyakit mulut dan kuku ini adalah karena infeksi ternak yang datang dari luar daerah seperti Jawa Timur dan Lampung, dan banyak ternak yang tidak divaksinasi sehingga rentan terhadap virus tersebut,” tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, Andy Shirawadi, Kepala Bidang Peternakan Kementerian Pertanian di Patti mengungkapkan, sejak musim pancaroba banyak laporan dari masyarakat ternak yang menunjukkan tanda-tanda gejala mirip penyakit mulut dan kuku seperti: air liur berlebihan atau kelebihan air liur dan luka pada kaki di area tersebut.
Andy berkata: “Segera setelah kami menerima laporan tersebut, kami mengirimkan tim kesehatan hewan untuk memeriksa, memberikan vitamin dan menyemprotkan disinfektan.”
Berdasarkan catatan yang diterimanya, hingga awal Januari lalu, tercatat ada 125 ekor ternak yang dilaporkan tertular penyakit mulut dan mulut di beberapa ruas jalan, bahkan 20 ekor ternak milik warga mati akibat penyakit mulut dan kuku tersebut.
Sebagai tindakan pencegahan, Puskesmas mempunyai dokter hewan yang siaga. Ia menambahkan: “Jika epidemi penyakit mulut dan kuku terus meningkat, kita akan kewalahan karena terbatasnya tenaga dokter hewan dan obat-obatan.”