

Pada masa pemerintahannya di Wonogiri, Jawa Tengah, Joko Sutopo memutuskan untuk menutup 17 pasar hewan di wilayahnya untuk menekan penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku hewan (PMK). Pihaknya juga menetapkan keadaan darurat khusus (KLB) seiring dengan meluasnya penyebaran penyakit tersebut.
Langkah bupati yang akrab disapa Jekek ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah mengingat kasus penyakit mulut dan kuku di wilayah tersebut telah menewaskan 57 ekor sapi perah.
Joko Sutopo menegaskan kepada wartawan, pihaknya berhasil menyembuhkan 236 dari 310 sapi perah yang terjangkit FMD. Namun tindakan ekstra waspada tetap harus dilakukan.
“Yang terjadi di Wonogiri adalah wabah dimana sedikitnya 310 ekor sapi terjangkit penyakit mulut dan mulut dan menyebar ke 25 kecamatan. Jadi tidak main-main dan kami tidak ingin para peternak sapi di daerah saya dirugikan karena ada penularannya dari luar,” ujarnya, Minggu (1 Mei).
Oleh karena itu, langkah strategis untuk melindungi 170.000 populasi sapi Wonogiri adalah dengan memutus rantai eksternal. Bupati Jerkek juga mengeluarkan imbauan penutupan seluruh pasar hewan yang berlaku efektif akhir pekan ini hingga 9 Januari mendatang.
“Kami memutuskan untuk menutup seluruh pasar hewan agar orang yang sehat tidak tertular,” ujarnya.
Ia juga memerintahkan seluruh camat untuk berkoordinasi dengan seluruh kepala desa untuk menangani dan mencegah kasus PMK. Pemkab juga berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah.
Selain itu, Jack juga terus mengimbau para peternak melalui Dinas Peternakan setempat untuk menjaga ternaknya tetap bersih dan sehat.
“Iya, kami minta para peternak tetap menjaga kandangnya, menjaga kebersihannya dan melakukan penyemprotan disinfektan agar virus FMD tidak menular pada sapi yang sehat,” lanjutnya.
catatan media IndonesiaKasus penyakit mulut dan kuku pada tahun 2023 juga menjadi wabah besar di Wonogiri sehingga kampanye vaksinasi digalakkan. Faktanya, FMD menginfeksi 9.456 sapi di seluruh Jawa Tengah saat itu. Kementerian Pertanian bersama pemerintah daerah bertindak cepat dan berhasil menyembuhkan 8.683 hewan. Namun sebanyak 719 ekor sapi tidak dapat diselamatkan atau dipotong bersyarat.
Jumlah dosis vaksin PMK yang didistribusikan mencapai 2.479.748, namun tidak dapat diselesaikan karena adanya resistensi dari beberapa peternak.
Sementara itu, Plt Disnakkeswan Jawa Tengah Ignasiun Haryanta Nugraha mengatakan kepada wartawan, tim penyidik siap turun ke lokasi kejadian jika ada laporan adanya tanda-tanda kasus PMK.
Jika hasil laboratorium berikutnya positif FMD, tindakan distribusi vaksin, pengetatan lalu lintas ternak, dan penyemprotan disinfektan akan dianjurkan. (WJ/E-2)