

Hingga penutupan Jumat (1 Oktober), nilai tukar rupiah menguat 27 poin atau 0,17% terhadap dolar AS. Rupee ditutup pada Rp 16.190 terhadap dolar AS, naik dari sebelumnya Rp 16.217.
Kekuatan tersebut juga tercermin pada Jakarta Interbank USD Spot Rate (JISDOR) yang diterbitkan Bank Indonesia. Nilai tukar JISDOR menguat menjadi Rp 16.194 dari sebelumnya Rp 16.238 per dolar AS.
Rully Nova, Analis Bank Woori Saudara, menjelaskan tren nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi banyak faktor eksternal.
“Rupiah berfluktuasi antara Rp 16.150 hingga Rp 16.220 didorong oleh penguatan indeks dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS menjelang data ketenagakerjaan AS malam ini,” kata Ruli di Jakarta.
Indeks dolar AS naik 14 basis poin (bps) menjadi 109,24. Sementara itu, data ketenagakerjaan AS atau non-farm payrolls (NFP) yang dirilis malam ini diperkirakan mencapai 150.000, turun dari sebelumnya 227.000.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah berlanjutnya aktivitas penjualan obligasi pemerintah Indonesia. Aktivitas ini memicu kenaikan tersebut menghasilkan obligasi, sehingga meningkatkan tingkat kupon obligasi baru yang ditawarkan kepada investor.
“Ekspektasi penurunan suku bunga diberi makan “(The Fed) mungkin beroperasi lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasar,” tambah Rulli.
Stabilnya kinerja rupee di tengah tekanan global mencerminkan ketahanan perekonomian nasional dalam menghadapi dinamika pasar internasional. (Semut/Z-10)