

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan kinibi Angka tersebut meningkat menjadi 0,381 pada bulan September, naik dari 0,379 pada bulan Maret 2024.
Wahyu Askar, Direktur Kebijakan Publik Media Pusat Kajian Ekonomi dan Hukum (Celios), mengatakan pertumbuhan tersebut terjadi kinibi Skor 0,02 mencerminkan semakin meningkatnya ketimpangan distribusi pendapatan.
“Meski sedikit meningkat, namun mengalami peningkatan kinibi Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerataan manfaat berjalan lambat dan bahkan mungkin mengalami kemunduran. “Hal ini juga berpotensi memperburuk permasalahan sosial dan ekonomi,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (15/1).
Koefisien Gini Ia melanjutkan, data yang dilaporkan BPS memiliki keterbatasan dalam mengukur ketimpangan aktual, terutama karena data tersebut berkaitan dengan kelompok ultra-kaya yang jumlahnya kurang dari 1%.
Media menyebutkan: “Data BPS cenderung menggunakan survei rumah tangga dan tidak sepenuhnya menangkap akumulasi kekayaan para triliuner yang kerap menyimpan asetnya di luar negeri dalam bentuk properti, saham, atau kekayaan.”
Oleh karena itu, dia menilai ketimpangan yang terjadi sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan angka yang dilaporkan BPS.
Ia juga menyarankan beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencegah semakin melebarnya kesenjangan sosial. Hal ini termasuk memperketat peraturan perpajakan, menghentikan rencana penurunan tarif pajak penghasilan badan, mengubah peraturan perpajakan terkait pajak kekayaan untuk menyasar lebih banyak triliuner, memberlakukan pajak kekayaan dan pajak. durian runtuh batubara, dan pajak ekspor batubara. (Jatuh/E-2)